1. Art Dummy
Dunia kuliner bukan suatu dataran yang stagnan. Perkembangan teknologi dan kemajuan jaman membuat dunia kuliner kita jg harus ikut mengikutinya. Dari tahun ke tahun jelas terlihat banyak sekali kemajuan di dalam dunia kuliner kita, dari mulai loyang dari kertas untuk membuat kue sampe beredarnya bebagai makanan dan minuman dengan cara pembuatan instans yang tidak membutuhkan kepekaan pembuatnya. Perkembangan dunia kuliner kita bukan di dalam lingkup rasa dan bentuk makanan atau minuman saja. Mereka sudah merambah sampai pada taraf dimana suatu penyajian yang sempurna akan mempengaruhi nilai di dalamnya. Berangkat dari hal diatas, Arts yang bergerak di bidang replika makanan(dummy), melihat potensi yang kuat untuk bekerja sama agar dapat menciptakan selera.
Pada mulanya, di tahun 1917 replika ini digunakan hanya untuk dekorasi rumah, seperti tanaman rumah. Beberapa tahun kemudian, restoran Tokyo memutuskan menggunakan replika makanan untuk menarik pelanggan. Di Jepang, bisnis replika ini menjadi nilai lebih untuk meraup keuntungan yang cukup besar. Banyaknya peminat membuat para pengrajin memutar imajinasi agar bentuk, ukuran, dan warna dapat benar-benar nyata.
Terdapat dua belas pabrik replika makanan plastik ini beroperasi di Jepang untuk restoran dan kolektor yang sama. Industri replika makanan ini dipelopori pengusaha Ryuzo Iwasaki di Osaka pada 1932. Perusahaan ini 80% menguasai pasar makanan plastik di Jepang. Replika makanan ini diproses dari bahan vinil klorida cair yang dituangkan ke dalam cetakan dan dibiarkan mengeras, setelah itu, cetakan dibongkar dengan sesuai model yang dibutuhkan. Kemudian, hasilnya dilukis dengan cat minyak menggunakan kuas halus secara merinci.
Arts dapat memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan yang menggunakan produk replika ini antara lain :
1. Replika makanan Arts Dummy sebagai sarana promosi untuk menarik perhatian pengunjung
2. Replika makanan Arts Dummy efisien dan ekonomis dalam sebuah penjelasan produk
3. Replika makanan Arts Dummy menimbulkan selera dan rasa ingin mencoba
4. Replika makanan Arts Dummy mempunyai nilai seni dan estetika
5. Replika makanan Arts Dummy hobby dan koleksi
6. Replika makanan Arts Dummy souvenir atau hadiah
2. CONTOH ART DUMMY
3. Cara membuat Art Dummy
Gerobak khas indonesia berukuran mini.
1. Dibuat menggunakan bahan plastik ppc dicampur dengan tepung rasin agar mudah dibentuk. Cat yang digunakan pun dari akrilik sehingga tidak berbahaya untuk anak-anak sekali pun.
2. Clay yang berwarna putih diberi warna sesuai objek. Campur, putar, dan bentuk. Buat detail dengan bantuan cutter atau pun pinset.
3. Setelah seluruh objek selesai dibentuk, susun satu per satu dalam gerobak makanan sesuai dengan porsi aslinya. Untuk bentuk sederhana, pewarnaan cukup 1 kali. Sedangkan untuk detail tertentu membutuhkan 3 tahap pewarnaan untuk mendapatkan warna yang benar-benar mirip aslinya.
Karena detail, maka perlu waktu 10 hingga 14 hari untuk proses pembuatan. Harga sesuai dengan kualitas yang didapat. Sebuah replika makanan dihargai 450.000 hingga 3 juta rupiah per satuan. Sedangkan untuk miniatur gerobak dibandrol 250.000 hingga 1.250 ribu rupiah per gerobak atau panggul. Walau bukan sesungguhnya, miniatur ini berhasil menarik perhatian pembeli. Visualilasi nyata lebih berkesan daripada sekedar gambar.sebuah clay dikreasikan jadi bentuk berbeda hasilkan karya bercita guna.
Teknik pengerjaan replika makanan ini telah dinaikkan levelnya dalam bentuk seni. Replika makanan plastik Jepang yang dibuat oleh perusahaan Maizuru dipamerkan di Victoria and Albert Museum , London pada tahun 1980. Kemudian kompetisi rutin diadakan dalam membuat hidangan makanan palsu dari plastik dan bahan lainnya. Menampilkan makanan disebut sampuru (サンプル ? ), berasal dari kata bahasa Inggris “sampel”.
Para perusahaan Replika makanan plastik ini memiliki rahasia dagang mereka sebagai bisnis yang menguntungkan. Industri replika makanan ini sendiri dengan perkiraan konservatif memiliki pendapatan milyaran yen per tahun. Sebuah restaurant dapat memesan replika menu lengkap mereka dengan biaya lebih dari satu juta yen.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar